Pitak,
7 Februari 2017
Beberapa
minggu terakhir Ruteng diguyur hujan (baca: dureng). Segala aktifitas lumpuh
total. Beberapa teman dan kenalan yang berprofesi sebagai ojek, pegawai
koperasi ataupun tukang bangunan mengeluh karena tidak bisa berbuat apa-apa
selain duduk berdiam diri di rumah menikmati tiap rintik-rintik hujan dan
merenungkan mantan. Ehh maaff. . ^_^ Mereka mengeluh karena hujan
menghambat kerja dan aktifitas mereka; dompet mereka makin menipis sementara
kebutuhan tidak pernah habis-habisnya. . . Secara pribadi bagi saya yang
seorang mahasiswa, hujan ini sebetulnya tidaklah begitu menggangu karena kami
telah melewati ujian akhir smester dan sedang menanti waktu yudisium. Tiap hari
saya hanya bisa makan tidur, lumayanlah buat penggemukan gelu yang kurus kerempeng. Sambil menikmati nuansa-nuansa yang
menjengkelkan ini, saya hanya bisa cuci mata lewat media sosial baik facebook,
twitter, IG, BBM, dan sebagainya. Ada fenomena yang menarik yang saya dapatkan
dari kegiatan bermedsos ini. Banyak status baik yang baper, alay pokoknya
banyaklah. . .
Ohh
iya, berbicara soal status, sebetulnya ada beberapa postingan yang buat saya
sungguh menggangu. Jadi begini, belakangan ini (selama dureng) listrik di
Ruteng (mungkin di Manggarai Raya) tidak stabil. Kadang mati hidup tidak menentu.
Saya sempat mendengar ada tiang listrik yang patah dari arah ulumbu, entahlah
itu di mana. Dalam pengamatan saya, beberapa postingan dalam media sosial kerap
“menyudutkan” pihak PLN. Postingan semacam : “PLN anjing”, “fuck PLN”, “RIP
PLN” dan lain sebagainya. Oklah sebagai masyarakat awam kita tentu mengerti
dengan kekecewaan teman-teman tersebut, dan saya yakin kita juga tentu
mengalami kekewaan yang sama. PLN ialah perusahan negara yang menjadi nyawa
utama beberapa perusahaan atau bidang usaha seperti salon, laundry, warnet,
tempat fotokopi dan lain sebagainya. Saya tidak tahu apakan postingan semacam
ini terlahir dari para pelaku usaha atau tidak, yang pasti saya secara pribadi
sebetulnya agak risih dengan oknum-oknum pemosting semacam ini. Ayolah kita
mesti berpikir jernih dan tenang, serta mencoba memaham situasi dan kondisi
yang sedang terjadi saat ini.
Saya
yakin bahwa mata kita semua bisa melihat hujan badai yang sedang terjadi di
saat ini. Bom panggu mata dite lelo usang
warat ho!! Dengan hujan badai dan cuaca semacam ini saya percaya bahwa ada
begitu banyak alat-alanya om-om PLN yang rusak, ataupun kabel-kabelnya yang
putus karena angin ataupun karena dahan/pohon yang patah. Cobahlah sebagai
masyarakat kita mesti berpikir jernih dan jangan membuat sebuah statement yang
hanya mengedepankan ego dan nafsu semata. Kalau postingan semacam ini terlahir
hanya karena kita jadi tak bisa cas HP ataupun jadi tidak bisa menonton
televisi/mendengarkan musik, saya kira ini jenis postingan dangkal. Saya yakin,
postingan semacam ini lahir dari orang-orang yang jarinya lebih cepat dari otak
(posting tanpa berpikir panjang). Kalaupun postingan ini terlahir dari para
pelaku usaha laundry, warnet, salon, dll saya kira inilah bagian dari resiko
usaha. Bidang usaha semacam ini semestinya sebisa mungkin menyiapkan sumber
listrik sendiri untuk mengantisipasi pemadaman yang tidak terduga.
Saya
percaya bahwa staf, kepala, pegawai dan semua orang yang terlibat dalam
perusahaan yang namanya PLN punya visi yang mulia untuk terus menerangi warga
masyarakatnya. Hanya saja, kita mesti memahami bahwa ada situasi dan konteks
tertentu yang berjalan di luar kehendak kita semacam hujan badai salah satunya.
Jadi, mungkin ada baiknya kita berpikir
ulang sebelum mengeluarkan sebuah statement apalagi jika menyeret dan
menjelekkan nama/pihak tertentu. Jangan sok-sokan menyalahkan Pemda dan PLN
tanpa memahami situasi, kondisi maupun lingkungan sekitar. Kita mesti belajar
berterima kasih untuk apa yang telah kita terima. Semoga kita juga tidak lupa
bahwa, listrik yang kita nikmati kini dan saat ini tidak terlepas dari
kontribusi dan subsidi pemerintah. Uang yang kita kumpulkan sebetulnya tidaklah
cukup untuk keseluruhan biaya operasional untuk menghasilkan sebuah benda yang
namanya listrik ini. Tanpa subsidi pemerintah, kita tidak mungkin bisa mengecap
segala hal positif karena kehadiran listrik. Neka pa`it bail mu’u. Baik kalau sudah bayar pajak!
Selain
itu, kita juga mesti belajar berterima kasih pada para pahlawan PLN ini. Ketika
kita sibuk memaki-maki, ada begitu banyak pegawai PLN yang berjuang dan
mempertaruhkan nyawanya di tengah hujan demi kita punya listrik. Mereka bekerja
siang malam, meninggalkan anak istrinya tanpa pernah tahu apakah mereka akan
pulang atau tidak. Semoga kita tidak lupa bahwa bekerja dengan arus tegangan
tinggi berarti siap dan bisa mati kapan saja dan di mana saja. Jadi, kudut sanggen taung ite ho’o, rem-rem
koe mu`u hitu.
Komentar
Posting Komentar