Kebahagiaan itu relatif. Setiap orang tentu mendefinisikan kebahagiaannya dengan caranya masing-masing.
Saya tidak pernah membayangkan, ternyata menjadi orang tua membuat kami mendekonstruksi salah satu definisi bahagia kami. Seonggok tai ternyata bisa menggoncang arti kata bahagia dan menjadi sumber kebahagiaan yang tiada tara.
Ceritanya, sudah 60-an jam putera kami Cino tidak BAB. Kami menduga, mungkin karena perubahan pola makan, berhubung sudah beberapa hari ia MPASI.
Sebelumnya ia pernah mengalami hal yang sama, namun kali ini perasaan kami berbeda karena ia baru saja MPASI. Kami takut, jangan sampai kami memberinya pola makan yang salah. Jangan sampai tekstur dan komposisi makanan yang kami berikan tidak tepat.
Pikiran kami kacau balau. Dalam sekejap, kehadiran tai di balik celana Cino menjelma menjadi kerinduan terbesar kami. Rasanya betapa rapuh kehidupan kami tanpa kehadirannya.
Setiap jam, kami selalu meng-kuncur isi celana Cino untuk memastikan jangan-jangan ia sudah BAB. Berulang kali kami dikecewakan.
Sungguh hancur dan kian galaunya perasaan kami setiap kali mendapati pampesnya masih kosong melompong. Ketiadaannya membuat luka dan ketakutan di hati kami kian menganga.
Semalam Mama Cino tidak tidur. Ia resah karena BAB Cino tidak kunjung tiba. Semalam kami berdoa, semoga Cino baik-baik saja.
Rasanya agak aneh juga ketika meminta seonggok tai pada Tuhan. Pasti Tuhan rengit pas dengar kami berdoa. Dan tentunya IA pasti tersentuh karena kami mendoakannya sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
Pagi ini, kami terbangun dan hal pertama yang langsung terlintas pada pikiran kami ialah BAB Cino. Dengan mata yang masih berat kami memeriksa pampers Cino dan hasilnya masih kosong.
Penantian kehadiran tai ini sungguh panjang dan melelahkan. Detik rasanya seperti berjalan lebih lambat dari biasanya. Tak pernah terlintas, kisah tentang tai telah merampas begitu banyak waktu, pikiran, dan tenaga.
Kalo sampe besok juga tidak muncul-muncul, kami berencana untuk mengantarnya ke IGD. Nanti di IGD bisa dikasi obat atau apalah asalkan anak kami baik-baik saja.
Sore tadi, tiba-tiba kerinduan terbesar kami menjadi nyata.
Dengan mata yang berbinar-binar Mama Cino menyampaikan sepertinya Cino sudah BAB. Saya melihat optimisme yang menyala-nyala pada binar matanya yang bercahaya meski dibaluti air mata yang tertahan.
Tak banyak momen yang membuatnya sesemangat itu. Kehadiran tai seperti membuat ia menemukan kembali potongan jiwanya yang hilang. Kondisi Cino yang tidak baik-baik saja telah merampas separuh jiwanya.
Saya takut untuk kuncur. Sekian puluh rasa kecewa oleh kuncur yang berlalu membuat saya pesimis dengan kehadiran tai. Dengan perasaan yang sedikit berat, saya mengintip isi celananya.
Ya Oullohh, betapa indah dan mengharu birunya perasaan ketika melihat tai pada pampers anak.
Saya tidak pernah membayangkan, ternyata menjadi orang tua membuat kami mendekonstruksi salah satu definisi bahagia kami. Seonggok tai ternyata bisa menggoncang arti kata bahagia dan menjadi sumber kebahagiaan yang tiada tara.
Ceritanya, sudah 60-an jam putera kami Cino tidak BAB. Kami menduga, mungkin karena perubahan pola makan, berhubung sudah beberapa hari ia MPASI.
Sebelumnya ia pernah mengalami hal yang sama, namun kali ini perasaan kami berbeda karena ia baru saja MPASI. Kami takut, jangan sampai kami memberinya pola makan yang salah. Jangan sampai tekstur dan komposisi makanan yang kami berikan tidak tepat.
Pikiran kami kacau balau. Dalam sekejap, kehadiran tai di balik celana Cino menjelma menjadi kerinduan terbesar kami. Rasanya betapa rapuh kehidupan kami tanpa kehadirannya.
Setiap jam, kami selalu meng-kuncur isi celana Cino untuk memastikan jangan-jangan ia sudah BAB. Berulang kali kami dikecewakan.
Sungguh hancur dan kian galaunya perasaan kami setiap kali mendapati pampesnya masih kosong melompong. Ketiadaannya membuat luka dan ketakutan di hati kami kian menganga.
Semalam Mama Cino tidak tidur. Ia resah karena BAB Cino tidak kunjung tiba. Semalam kami berdoa, semoga Cino baik-baik saja.
Rasanya agak aneh juga ketika meminta seonggok tai pada Tuhan. Pasti Tuhan rengit pas dengar kami berdoa. Dan tentunya IA pasti tersentuh karena kami mendoakannya sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
Pagi ini, kami terbangun dan hal pertama yang langsung terlintas pada pikiran kami ialah BAB Cino. Dengan mata yang masih berat kami memeriksa pampers Cino dan hasilnya masih kosong.
Penantian kehadiran tai ini sungguh panjang dan melelahkan. Detik rasanya seperti berjalan lebih lambat dari biasanya. Tak pernah terlintas, kisah tentang tai telah merampas begitu banyak waktu, pikiran, dan tenaga.
Kalo sampe besok juga tidak muncul-muncul, kami berencana untuk mengantarnya ke IGD. Nanti di IGD bisa dikasi obat atau apalah asalkan anak kami baik-baik saja.
Sore tadi, tiba-tiba kerinduan terbesar kami menjadi nyata.
Dengan mata yang berbinar-binar Mama Cino menyampaikan sepertinya Cino sudah BAB. Saya melihat optimisme yang menyala-nyala pada binar matanya yang bercahaya meski dibaluti air mata yang tertahan.
Tak banyak momen yang membuatnya sesemangat itu. Kehadiran tai seperti membuat ia menemukan kembali potongan jiwanya yang hilang. Kondisi Cino yang tidak baik-baik saja telah merampas separuh jiwanya.
Saya takut untuk kuncur. Sekian puluh rasa kecewa oleh kuncur yang berlalu membuat saya pesimis dengan kehadiran tai. Dengan perasaan yang sedikit berat, saya mengintip isi celananya.
Ya Oullohh, betapa indah dan mengharu birunya perasaan ketika melihat tai pada pampers anak.
Komentar
Posting Komentar