Saya punya fobia dengan ketinggian dan darah. Dalam KBBI, fobia didefinisikan sebagai ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya.
Saya selalu membenci momen naik pesawat. Pesawat seperti neraka bagi saya. Saat naik pesawat, saya selalu berkeringat dan jantung berdebar sangat cepat. Demikian juga halnya kalau harus mengerjakan sesuatu pada ketinggian atau berada pada gedung yang tinggi.
Jika tangan saya terluka, seringkali saya akan berkeringat, pandangan menjadi gelap, dan badan akan menjadi lemas. Saat di seminari, tiap semester kami selalu diwajibkan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kesehatan. Pada momen ini, saya sering pingsan karena melihat darah.
Puncak fobia saya terhadap darah ialah ketika momen kelahiran anak kami Cino. Jauh-jauh hari sejak tespek menyatakan positif hamil (3 September 2023), pikiran saya kacau. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti saat momen kelahiran.
Waktu terus berlalu. Kami melakukan berbagai aktivitas yang bisa memperlancar proses persalinan. HPL kian mendekat, kami makin bersemangat dan senang. Namun, fobia darah terus menghantui isi kepala saya. Ho mata ce’e-ce’en ho ga!
Pada tanggal 6 Mei 2024, kami berkonsultasi dengan dokter di RSUD Ben Mboi. Setelah mendengarkan penjelasan dokter dan berdiskusi, kami akhirnya memutuskan untuk masuk.
Perasaan kian campur aduk; fobia darah makin merisaukan. Saya bagaimana nanti? Kalau istri sedang mengedan lalu saya tiba-tiba pingsan, luntur ketampanan saya. Dan yang paling mengenaskan ialah keluarga dan tenaga medis jadi sibuk.
“Kaka harus di sini! Tidak boleh ke mana-mana! Ite harus tau prosesnya”, demikian kata-kata perawat yang saya ingat.
Yah, memang harus demikian. Setiap ayah harus tahu bagaimana dinamikanya.
Bagaimana pun juga, saya harus berada di samping istri saya: memberinya semangat dan dukungan menyambut malaikat kami. Barangkali wajah tampan ini bisa sedikit mengalihkan rasa sakit yang ia alami. Hehehe. .
Kelahiran adalah proses yang menggembirakan sekaligus menegangkan. Pada saat itu jarak ibu dan bayi dengan kematian sangatlah tipis. Kurang lebih selama 10 jam istri dan anak saya bertarung dengan maut.
Istri saya terus merintih kesakitan. Saya hanya bisa memandangi wajahnya dan tidak bisa memandang ke arah darah. Kalau nanti liat darah sedikit saya bisa tepar.
Pagi, 7 Mei 2024 pembukaannya terus bertambah. Demikian pun rasa sakit yang ia rasakan kian hebat. Ia terus merintih; sepertinya tidak lama lagi. Saya hanya bisa memeluknya dan membantunya mengatur pola pernapasan. Pernapasan adalah salah satu kunci terpenting dalam kelahiran. Pada momen itu, suami harus membantu pola pernapasan istri dengan memberikan contoh bernapas yang benar. Demikian yang kami dapat dari Youtube dan Tik-Tok.
Dalam perasaan yang tidak menentu, saya masih dihantui oleh ingatan tentang darah. Akan ada lebih banyak darah sebentar. Saya terus berdoa untuk istri dan anak, juga untuk diri saya sendiri.
“Tuhan, tolong saya. Untuk kali ini saja, tolong kasi hilang saya punya fobia darah. Beri saya kekuatan.”
Pembukaan kini ada pada tahap akhir. Adela terus berteriak tak kuasa menahan rasa sakit yang ia alami. Jantung saya berdegup kian kencang. Saya menangis ketakutan sambil terus mendaraskan doa Bapa Kami.
Setelah tarikan yang panjang, tangisan Cino memecah dan menghapus segala kecemasan yang ada. Puji Tuhan, anak kami telah lahir. Tangisannya terdengar begitu merdu.
Saya memandangi tubuh kecilnya yang berlumur banyak darah. Lelah dan segala perasaan melebur menjadi sukacita yang tak terlukiskan.
Mukjizat terjadi. Ada banyak pendarahan. Saya bisa melihat darah, bahkan menyentuhnya. Saya baik-baik saja. Seperti tidak ada fobia darah sama sekali. Terima kasih Nene Jenggotku, pemilik sertifikat tanah surga!
Tadi pagi -tepatnya tujuh bulan setelah proses kelahiran-, babi kami dikebiri. Setelah prosesnya selesai, saya coba-coba tes jantung dengan liat darah lagi. Tiba-tiba tubuh saya keringat dingin dan pandangan mata saya menjadi gelap. Saya merasa pusing dan mau rubuh.
Hahaha.
Sial. Saya salah pilih kata dalam doa pas Cino lahir.
Apapun itu, terima kasih banyak Tuhan!
Ruteng, 11 September 2024
Saya selalu membenci momen naik pesawat. Pesawat seperti neraka bagi saya. Saat naik pesawat, saya selalu berkeringat dan jantung berdebar sangat cepat. Demikian juga halnya kalau harus mengerjakan sesuatu pada ketinggian atau berada pada gedung yang tinggi.
Jika tangan saya terluka, seringkali saya akan berkeringat, pandangan menjadi gelap, dan badan akan menjadi lemas. Saat di seminari, tiap semester kami selalu diwajibkan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kesehatan. Pada momen ini, saya sering pingsan karena melihat darah.
Puncak fobia saya terhadap darah ialah ketika momen kelahiran anak kami Cino. Jauh-jauh hari sejak tespek menyatakan positif hamil (3 September 2023), pikiran saya kacau. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti saat momen kelahiran.
Waktu terus berlalu. Kami melakukan berbagai aktivitas yang bisa memperlancar proses persalinan. HPL kian mendekat, kami makin bersemangat dan senang. Namun, fobia darah terus menghantui isi kepala saya. Ho mata ce’e-ce’en ho ga!
Pada tanggal 6 Mei 2024, kami berkonsultasi dengan dokter di RSUD Ben Mboi. Setelah mendengarkan penjelasan dokter dan berdiskusi, kami akhirnya memutuskan untuk masuk.
Perasaan kian campur aduk; fobia darah makin merisaukan. Saya bagaimana nanti? Kalau istri sedang mengedan lalu saya tiba-tiba pingsan, luntur ketampanan saya. Dan yang paling mengenaskan ialah keluarga dan tenaga medis jadi sibuk.
“Kaka harus di sini! Tidak boleh ke mana-mana! Ite harus tau prosesnya”, demikian kata-kata perawat yang saya ingat.
Yah, memang harus demikian. Setiap ayah harus tahu bagaimana dinamikanya.
Bagaimana pun juga, saya harus berada di samping istri saya: memberinya semangat dan dukungan menyambut malaikat kami. Barangkali wajah tampan ini bisa sedikit mengalihkan rasa sakit yang ia alami. Hehehe. .
Kelahiran adalah proses yang menggembirakan sekaligus menegangkan. Pada saat itu jarak ibu dan bayi dengan kematian sangatlah tipis. Kurang lebih selama 10 jam istri dan anak saya bertarung dengan maut.
Istri saya terus merintih kesakitan. Saya hanya bisa memandangi wajahnya dan tidak bisa memandang ke arah darah. Kalau nanti liat darah sedikit saya bisa tepar.
Pagi, 7 Mei 2024 pembukaannya terus bertambah. Demikian pun rasa sakit yang ia rasakan kian hebat. Ia terus merintih; sepertinya tidak lama lagi. Saya hanya bisa memeluknya dan membantunya mengatur pola pernapasan. Pernapasan adalah salah satu kunci terpenting dalam kelahiran. Pada momen itu, suami harus membantu pola pernapasan istri dengan memberikan contoh bernapas yang benar. Demikian yang kami dapat dari Youtube dan Tik-Tok.
Dalam perasaan yang tidak menentu, saya masih dihantui oleh ingatan tentang darah. Akan ada lebih banyak darah sebentar. Saya terus berdoa untuk istri dan anak, juga untuk diri saya sendiri.
“Tuhan, tolong saya. Untuk kali ini saja, tolong kasi hilang saya punya fobia darah. Beri saya kekuatan.”
Pembukaan kini ada pada tahap akhir. Adela terus berteriak tak kuasa menahan rasa sakit yang ia alami. Jantung saya berdegup kian kencang. Saya menangis ketakutan sambil terus mendaraskan doa Bapa Kami.
Setelah tarikan yang panjang, tangisan Cino memecah dan menghapus segala kecemasan yang ada. Puji Tuhan, anak kami telah lahir. Tangisannya terdengar begitu merdu.
Saya memandangi tubuh kecilnya yang berlumur banyak darah. Lelah dan segala perasaan melebur menjadi sukacita yang tak terlukiskan.
Mukjizat terjadi. Ada banyak pendarahan. Saya bisa melihat darah, bahkan menyentuhnya. Saya baik-baik saja. Seperti tidak ada fobia darah sama sekali. Terima kasih Nene Jenggotku, pemilik sertifikat tanah surga!
Tadi pagi -tepatnya tujuh bulan setelah proses kelahiran-, babi kami dikebiri. Setelah prosesnya selesai, saya coba-coba tes jantung dengan liat darah lagi. Tiba-tiba tubuh saya keringat dingin dan pandangan mata saya menjadi gelap. Saya merasa pusing dan mau rubuh.
Hahaha.
Sial. Saya salah pilih kata dalam doa pas Cino lahir.
Apapun itu, terima kasih banyak Tuhan!
Ruteng, 11 September 2024
Komentar
Posting Komentar