Langsung ke konten utama

KASIH TAK SAMPAI


Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Sisakan beraneka kisah dan kenangan yang terlalu indah tuk dilupakan. Memang benar, ketika segala sesuatu dilalui dengan suasana yang menyenangkan, semua akan berlalu begitu cepat. Seakan baru kemarin aku menjadi bocah ingusan yang melalui hari-harinya dengna bermain.
Karena waktu yang berlalu begitu cepat itulah tak kusadari kini aku menginjakkan kaki di lingkungan kampus. Masuk dan bergabung dalam lingkungan hidup yang baru, memang membuatku kewalahan; maklum sudah terlanjur disetting dengan gaya anak SMA kebanyakan yang lebih suka bersantai dan bermain. Lambat laun aku mampu beradaptasi; kampus ini perlahan mengubahku menjadi pribadi yang lebih mandiri.
Syukurlah, tak butuh waktu yang begitu lama bagiku untuk bisa mendapatkan teman yang baru. Semua orang yang kutemui di kelas yang baru ialah orang-orang yang suka bersahabat, baik dan murah senyum. Ini membuatku makin mudah berbaur dan “nyetel” dengan anak-anak baru dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Benar kata pepatah:”tak dikenal maka tak disayang!”.
Tapi pada salah seorang teman wanitaku, rasa sayang itu seperti punya kadar dan takaran yang berbeda. Sejak awal mengenalnya, ia adalah sosok yang tak banyak bicara. Ia bicara seperlunya, anggun, tenang dan berhiaskan senyum manis yang makin menambah kegilaan dan rasa kagumku padanya. Tak dapat kusangkal, kubegitu terpikat pada semua hal yang melekat padanya. Senyum, gerak, pesona dan segala hal yang melekat padanya adalah magnet yang membuatku bertekuk lutut. Aku kaku dan membisu setiap kali menatap matanya. Berada bersamanya menjadikan diriku sebagai dua pribadi yang berbeda dalam satu tubuh. Aku kagum dan gugup secara sekaligus; aku kuat dan lemah di saat yang bersamaan.
Aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Aku hanya bisa mengaguminya dari sisi gelapku. Sudah begitu lama aku ingin mengungkapkan segala resah dan rasa yang ada di hari, tapi hasilnya selalu sama;  tak mampu berbuat apa-apa. Ada begitu banyak momen kebersamaan di mana aku bisa mengungkapkannya, tapi ketika segalanya belm sempat terucap; lidahku menjadi kaku, aku membisu dan tak mampu berkata apa-apa. Senyum dan pesonanya seperti membuatku telanjang dan tak tak bisa apa-apa. Tatapan matanya yang dalam dan tajam, ibarat tombak yang mencederaiku hingga kurebah di bawah kakinya. Aku makin merasa seperti pecundang; pecundang yang hanya bisa mengaguminya dari sisi gelapku. Setiap waktu aku selalu mencoba mendekat dan menjamahnya; tapi tepat sebelum aku menyentunya, jemariku kaku.
Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Terpenjara dalam kekaguman dan ketakutanku; tersiksa dalam permainan rasa yang kian menggebu dan menyesakkan dada. Apakah semua kan tetap seperti ini? Apakah aku akan terus tersiksa di atas kebodohanku sendiri?
Ahhh,,,cinta ini rumit dan membunuhku. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAHASA MANGGARAI, DIMENSI KOSMOLOGIS DAN REDEFINISI DEFINISI BAHASA KBBI

(Sebuah Catatan Lepas Pebelajar Bahasa Indonesia) Felixianus Usdialan Lagur* PROLOG Demi TUHAN, saya juga tidak tahu apa yang saya tulis. Saya cuma berharap kiranya, pemilihan judul yang terbilang cirang dan legit semacam ini akan dapat dipahami setelah teman-teman selesai membaca tulisan ini. Sebetulnya saya sangat ingin membahasakan judulnya dalam bahasa yang sesederhana mungkin, tetapi saya tidak menemukan padanan kata yang cukup cocok untuk mewakili isi tulisan. Jadi mau tidak mau hajar kat tah. . . HAKIKAT BAHASA Bahasa, baik lisan, tulis maupun bahasa isyarat merupakan alat komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa dikategorikan sebagai kata benda dan memiliki 2 definisi yakni: 1. Sistem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2. percakapan (perkataan) yg baik; tingkah laku yg baik; sopan santun (KBBI offline versi 1.5.1). Beberapa definisi bahasa oleh pak...

Ni'ang

Kebahagiaan itu relatif. Setiap orang tentu mendefinisikan kebahagiaannya dengan caranya masing-masing. Saya tidak pernah membayangkan, ternyata menjadi orang tua membuat kami mendekonstruksi salah satu definisi bahagia kami. Seonggok tai ternyata bisa menggoncang arti kata bahagia dan menjadi sumber kebahagiaan yang tiada tara. Ceritanya, sudah 60-an jam putera kami Cino tidak BAB. Kami menduga, mungkin karena perubahan pola makan, berhubung sudah beberapa hari ia MPASI. Sebelumnya ia pernah mengalami hal yang sama, namun kali ini perasaan kami berbeda karena ia baru saja MPASI. Kami takut, jangan sampai kami memberinya pola makan yang salah. Jangan sampai tekstur dan komposisi makanan yang kami berikan tidak tepat. Pikiran kami kacau balau. Dalam sekejap, kehadiran tai di balik celana Cino menjelma menjadi kerinduan terbesar kami. Rasanya betapa rapuh kehidupan kami tanpa kehadirannya. Setiap jam, kami selalu meng- kuncur isi celana Cino untuk memastikan jangan-jangan ia sudah...

PAK POLISI, SETAN JALAN RAYA??

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah pengalaman sederhana. Ceritanya berawal ketika di suatu siang saya mengendarakan sepeda motor ke kampus, seorang anak di kompleks saya bernyanyi dengan semangat dan penuh penghayatan. Saya pun tak sengaja menangkap sedikit penggalan lirik yang dinyanyikannya, kurang lebih seperti ini: “Pramuka, pramuka raja rimba. . Marinir, marinir raja laut. . Kopauss, kopasus raja di udara. . PAK POLISI, SETAN JALAN RAYA. .” Tentu mayoritas orang sangat mengenal lagu ini; dan bisa dibilang lagu ini merupakan salah satu lagu anak yang hampir-hampir tak lekang oleh zaman. Kita yang sewaktu kecil mengikuti kegiatan pramuka tentu akrab dengan lagu ini, kita pasti dapat menyanyikan tiap baris dan bait liriknya dengan baik; kalaupun tidak terlibat dalam kegiatan pramuka, saya yakin paling tidak kita pernah mendengarnya. Yang membuat saya merasa tertarik ialah   penggalan lirik pada bagian terakhir yang berbunyi “PAK POLISI, SETAN JALAN RAYA. .” ...