Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

MENJADI MANUSIA (POLITIK)

Carlo Lagur; binatang berakal budi yang menyukai binatang liar. (Foto: Ichan Lagur) *   Beberapa minggu terakhir, adik saya, Carlo senang menikmati tayangan chanel National Geographic. Sepertinya ia menyukai binatang-binatang liar yang tentu saja tak pernah ia temui secara fisik. Dalam kesehariannya, ia memang akrab makhluk domestifikasi semacam anjing, babi, ayam, kucing, kerbau, sapi, dan sebagainya; namun tidak dengan kuda nil, ular, singa, serigala, buaya, simpanse, dan binatang liar lainnya. Saya juga menyukai tayangan-tayangan ini karena menambah skemata tentang binatang liar. Tentang kuda misalnya: kalo seekor kuda sakit, ia akan memiliki kecendrungan untuk menyendiri. Menyendiri dalam artian mengasingkan diri dari komunitasnya.   Itu yang saya ingat. Apakah binatang lain juga kecendrungan serupa? Saya kurang tahu. Hal lain yang didapat ialah: ternyata (hampir setiap) kelompok binatang hidup dalam suatu komunitas, meskipun ada juga tipe binatang yang introvert. Bina...

SYUKURAN KELUARGA

Pa Rober dan Barisan Ema. Foto oleh: Rista Lagur. * 29 Oktober 2020 Pagi ini langit cerah sekali. Kami baru saja menyelesaikan rangkaian acara adat. Sebentar lagi akan diadakan misa syukuran. Meski langit cerah, hati saya belum sepenuhnya cerah; saya masih saja merasa gelisah. Sekarang lagi musim hujan. Jangan-jangan sebentar awan hitam akan bergerak ke atas langit-langit rumah kami kemudian hujan turun. Hujan memang berkat; tetapi di situasi-situasi tertentu seperti sekarang ini ia bisa menjadi petaka. Rm. Vitalis, pastor paroki Biting sedang sibuk. Karena itu ia tidak dapat memimpin perayaan ekaristi. Sebagai gantinya, perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm. Ferdi, pastor paroki Watunggong. Rm. Ferdi   memimpin misa dengan sangat baik dan memberikan kotbah yang sangat bagus. Banyak imam bisa memimpin misa dengan baik, tetapi tidak semuanya bisa membuat saya terkesima dan merinding seperti yang terjadi pada perayaan ekaristi kali ini. Entah mengapa, selama perayaan ekaristi ...

JIWA KATOLIK YANG TERLAHIR KEMBALI DI PESAWAT

(Catatan ini merupakan catatan yang saya buat di akhir tahun 2018. Saya menemukannya di dalam hardisk. Sayang kalo tidak disimpan di blog.) * Bajawa, Akhir Desember 2018 Puji Tuhan, hari ini saya pulang. Setelah satu bulan lebih mengikuti barisan trainning dan ujian yang melelahkan, saya akhirnya bisa pulang. Setiap perjalanan, setiap orang; pasti merindukan dan menyukai pulang. Mobil grab yang saya tumpangi bergerak menuju bandara I Gusti Ngurah Rai dalam kecepatan sedang. Sopirnya seorang bapak tua berusia sekitar 50-an tahun. Ia ramah sekali dan suka banyak bertanya; tentang saya, kegiatan saya di Bali, dan tentang tempat asal saya Ruteng-Flores. Mobilnya terawat, rapi, bersih, dan wangi. Ia sopir senior yang mengendarakan mobilnya dengan sangat baik dan halus; sepertinya ia sudah menyatu dengan mobil dan jalanan. Beberapa sopir pada mobil yang saya kendarai baik di Bali maupun bemo-bemo di Manggarai terkadang memindahkan gigi dan menekan remnya kurang enak. Saya mera...

Mocca, Bleki, dan Kita

Beberapa waktu lalu kami mengangkut dua ekor anjing dari rumahnya Gio dan Gisel di Iteng, lalu menamai mereka Mocca dan Bleki. Mocca (Moka) ialah anjing cokelat yang kurus kering, meski dari segi makanan, sebetulnya ia mendapat asupan gizi yang cukup. Ia suka sekali menggonggong. Liat babi makan, dia menggonggong; liat orang lewat, dia menggonggong; liat Bleki makan, dia menggonggong, liat Bleki diam, dia menggonggong; pokoknya hobi betul menggonggong. Saya menduga dia kurus karena memang terlalu sering menggonggong. Dia terlalu hobi menggonggong dan diap gonggongan terlalu banyak menguras energi. Omong-omong soal Mocca, pemilihan nama Mocca sebetulnya melalui sejarah dan perdebatan yang cukup panjang. Excell, adik saya yang mengklaim diri sebagai pemilik utama anjing merasa ia berhak penuh atas penamaan kedua anjing ini. Saya bingung kenapa dia merasa diri paling berhak, padahal kami sama-sama pi ambil ini anak anjing. Apakah karena dia begitu mencintai anjing sementara di mata saya M...

ELAR

Pelayanan bulanan anggota TPK Elar, Tetes, dan Toang KSP Kopkardios Ruteng selama dua hari benar-benar bikin semaput. Pencairan deviden dan pencetakan buku anggota membuat pelayanan menjadi lebih lama dari biasanya. Semalam pelayanan di TPK Elar baru selesai pukul 19.30; biasanya pukul 14.00 sudah selesai. Seperti biasa, Pater Laurens Kuil dan tanta-tanta di pastoran paroki Elar melayani kami dengan sangat baik; seperti biasanya juga Moat banyak membantu dan mempermudah aktivitas pelayanan kami. Seperti bulan-bulan sebelumnya, mulutnya bau sopi. Katanya, dia tidak semangat kalo tidak minum sopi; semacam ada bagian yang kurang dan hampa tanpa sopi. Ia mengingatkan saya pada kakek saya yang tidak bisa hidup tanpa sopi. Tiap hari ia selalu minum. Telah lama ia berpulang; namun ingatan tentangnya dan botol-botol sopi masih tersimpan di kepala kami, anak-cucunya. Situasi mereka mungkin sama dengan situasi saya yang sulit tanpa kopi; kepala saya sakit sekali kalo tidak minum kopi. Saya biasa...