Lagi-lagi ku kembali
terjebak pada ruang yang kita bangun;
Kita kemudian menghabiskan waktu
Pada sebuah labirin
yang terlanjur kita bentuk;
Yang tersusun atas dinding-dinding kaca yang tak bisa dipecahkan. .
Yang tersusun atas dinding-dinding kaca yang tak bisa dipecahkan. .
Kita terpaut satu
dinding kaca;
Saling menatap dengan
tatapan sayu pada sela-sela kebeningannya;
Hendak mendekat,
merangkul, dan. . . .
Tapi apa daya kita tak
dapat saling berbagi peluh. .
Hanya bisa menyatukan senyuman dalam jarak seinci kaca. .
Hanya bisa menyatukan senyuman dalam jarak seinci kaca. .
Kita kemudian menghabiskan waktu
dengan menatap dan meratapi
tiap potret kenangannya
yang melekat pada
dinding-dindingnya. .
Ironisnya, hanya
potret kita yang tersenyum. .
Komentar
Posting Komentar